Memang tidak mudah. Tapi jika kita bersama menjaga dan mengelola dengan baik, semua tantangan akan berubah menjadi peluang.
M. Nazaruddin
POJOK GAMBUT- Jaringan Masyarakat Gambut Aceh (JMGA) memiliki anggota berdedikasi tinggi terhadap kelestarian gambut. Sebagian besar dari mereka masih berusia muda, seperti halnya M. Nazaruddin.
Bagi lelaki berkulit putih yang akrab disapa Nazar ini, gambut merupakan salah satu komponen terpenting dan patut dijaga demi kelestarian lingkungan.
Nazar sendiri mulai bergelut di bidang gambut pada tahun 2016. Kala itu, ia terlibat dalam program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Fakultas Pertanian Unsyiah. Sejak saat itu, ia pun menjadi anggota JMGA di bawah bimbingan Monalisa.
Bagi Nazar, menjadi aktivis lingkungan untuk memperjuangkan gambut, bukan tanpa alasan. Ia sadar betul, jika lahan gambut memegang peranan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Menurut Nazar, gambut menyimpan karbon dua kali lebih banyak dari hutan di seluruh dunia, dan empat kali dari yang terdapat di atmosfer. Bahkan, tabungan karbon paling banyak terdapat pada lahan gambut di wilayah tropis.
“Sehingga lahan gambut perlu dijaga dan dimanfaatkan dengan baik dan benar,” terang lelaki yang juga penyuluh pertanian ini.
Nazar berpedapat, gambut Aceh memiliki potensi sangat luar biasa, yang juga dapat digunakan sebagai lahan pertanian, serta pengembangan objek wisata.
Ia membayangkan, dengan kondisi gambut Aceh saat ini, jika pengelolaan lahan gambut dilakukan dengan metode yang benar, maka ke depan kehidupan masyarakat di lahan gambut sangat sejahtera.

Nazar mengatakan, salah satu langkah untuk mewujudkan kesejahteraan adalah dengan membina dan melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar gambut. Mengubah pola pikir masyarakat, agar tidak menjual lahan gambut ke perusahaan.
“Memang tidak mudah. Tapi jika kita bersama menjaga dan mengelola dengan baik, semua tantangan akan berubah menjadi peluang,” ujarnya optimis.
Sejak mengabdikan diri menjadi penjaga gambut Aceh, Nazar telah mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru tentang lingkungan. Selain pengetahuan tentang tanah, hal yang paling berkesan ketika dirinya di lapangan adalah hubungan sosial dengan masyarakat, terutama untuk melindungi gambut dari kebakaran.
“Sangat berkesan jika melihat masyarakat memanfaatkan lahan gambut dengan baik,” tutupnya.
Selain Nazar, JMGA juga memiliki aktivis muda lainnya. Restu Zahirin, pemuda kelahiran 1997 ini, juga memiliki cita-cita mulia melindungi gambut untuk kebaikan alam dan manusia di masa depan.
“Ingin melestarikan alam demi kesejahteraan rakyat,” jawabnya ketika ditanya mengapa tertarik menjadi aktivis gambut.
Lagi pula menurut Restu, lahan gambut di Aceh sangat cocok sebagai tempat penyediaan bahan pangan. Hal tersebut tentu saja jika pengelolaannya dilakukan dengan baik dan teknik yang tepat.
Menurutnya, jika lahan gambut dimanfaatkan sebagai lokasi perkebunan untuk bahan pangan, jenis tanamannya harus disesuaikan dengan kondisi lahan gambut tersebut.
“Agar hasilnya maksimal,” sambung Restu.
Taruna dari akademi Maritim, Ketatalaksanaan Angkatan Laut dan Pelabuhan ini, tertarik menjadi bagian organisasi yang menjaga kelestarian alam sejak lima tahun lalu. Kini ia bersama tim, berjuang di JMGA untuk gambut Aceh.
Restu menyukai setiap pengalamannya berinteraksi dengan masyarakat, terutama perjalanan ke lokasi yang cukup menantang. Satu kebanggaan baginya, ketika perjalanan tersebut membuahkan hasil, dapat mengedukasi masyarakat dan menjaga lahan gambut.
“Semua perjalanan ke lokasi gambut menyimpan cerita tersendiri, apalagi rata-rata medannya tidak mudah dan cukup menantang,” kisahnya.
Sejak bergabung dengan JMGA, Restu merasakan pengalaman berkerjasama dengan tim yang solid, dengan program-program tepat sasaran. Selain itu, ia juga mendapatkan ilmu baru tentang ekosistem gambut.
“Ketika kita mengenal gambut dengan baik, terutama ekosistemnya yang menyimpan kekayaan tak ternilai, tentu kita akan berjuang untuk menjaganya,” kata Restu. []
——————————————————————————————————————————-
Penulis: Mellyan
Editor: Junaidi Mulieng